Kampanye Obama 2008 perlu logo
Oleh Rakhmat Supriyono
Membicarakan kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden 2008 tentu sudah basi. Namun ada satu aspek menarik yang kurang diekspos media, yakni peran orang-orang kreatif di balik kesuksesan Obama. Salah satunya adalah Sol Sender, desainer grafis perusahaan iklan terkemuka di Chicago yang dipercaya merancang logo Kampanye Obama 2008.
Akhir 2006 biro iklan MODE (motion design) mendapat pesanan desain logo dari tim sukses Barack Obama. Sol Sender, desainer muda yang dipercaya mendesain logo “Obama ’08” mengaku surprise. Saat diwawancarai Steven Heller dari The New York Times baru-baru ini, ia mengaku belum pernah merancang logo politik sebelumnya. Sol merasa tertantang. Ia memeras daya kreatifnya untuk melahirkan sedikitnya sembilan alternatif desain dalam waktu kurang dari dua minggu.
Keywords Obama
Langkah pertama yang dilakukan Sol setelah menerima order dari Senator Obama adalah mempelajari design brief. Kemudian ia cari dua buku Obama dan referensi lainnya untuk mendapatkan keywords Obama. Menurut Sol, citra paling mengesankan dari Obama adalah: hope, change, dan new perspective. Proses selanjutnya adalah menuangkan ide-ide desain dalam bentuk sketsa-sketsa kasar (thumbnail sketch).
Pertimbangan lain dalam mendesain logo “Obama 2008” adalah fleksibilitas dan konsistensi. Kampanye presiden pasti membutuhkan berbagai jenis media yang nyaris tak terbatas, mulai dari poster, billboard, banner, iklan, website, T-shirt, topi, sampai pin. Sol berfikir bahwa logo yang ia rancang bukan semata-mata untuk identitas kandidat, melainkan untuk kepentingan kampanye. Maka logo harus efektif, mudah dikenali oleh jutaan rakyat Amerika, dan yang lebih penting lagi mampu mengibarkan spirit Obama – “a symbol of hope”. Warna merah dan biru dipilih untuk mengekspresikan image Amerika Serikat.
Presentasi pertama dilakukan tim Mode (termasuk Sol Sender) dengan pihak Obama yang diwakili David Axelrod untuk memilih dua sampai tiga alternatif dari sembilan opsi yang ditawarkan. Berikut adalah beberapa opsi desain yang tidak terpilih.
Opsi #1
Opsi #2
Opsi #3
Opsi #4
Opsi #5
Opsi #6
Tiga logo finalis
David Axelrod, orang kepercayaan Obama, menyodorkan tiga logo pilihannya. Meskipun tidak bertemu langsung dengan Barack Obama, Sol Sender yakin Obama banyak memberi masukan pada tiga desain finalis yang disampaikan lewat Axelrod. Penentuan terakhir bukan oleh Axelrod, melainkan di tangan Obama sendiri.
Dari tiga desain yang diajukan, Obama memilih satu desain dengan konfigurasi inisial “O”. Harus diakui, Obama punya sense of art yang cukup tinggi dan jeli. Berdasarkan teori, logo “O’ yang dipilih Obama memang memiliki keunggulan dibanding dua lainnya. Simpel, mudah diingat, harmonis dan scalable (jika diperkecil masih terlihat jelas). Komposisi merah-biru dengan ritmik garis lengkung mampu merepresentasikan citra Amerika yang elegan dan bersahabat. Berikut ini adalah tiga desain finalis dan satu desain yang sipilih Obama.
finalis #1
Inisial “O” pada finalis 1 ini dapat diisi berbagai foto (teknik masking), memberi kebebasan untuk mengungkapkan berbagai persoalan dalam situasi yang berbeda. Huruf “O” juga dapat dipakai untuk teks yang memiliki huruf O, seperti HOPE, EDUCATION, dan angka 08.
finalis #2
Finalis #2 memungkinkan untuk menyampaikan berbagai pesan melalui teks. Desain ini memang beda, dan tidak konvensional. Seakan mempresentasikan suara-suara (statement) rakyat yang mendukung Obama. Namun sebagai logo, desain ini kurang memorable dan tidak fleksibel untuk berbagai kepentingan.
finalis #3
Alternatif ke 3 inilah yang dipilih Obama untuk dikembangkan lebih komprehensif. Dibandingkan 2 finalis lainnya, bentuk logo ini memang paling simpel, punya makna, fleksibel, dan memorable. Desain ini disetujui pada presentasi ketiga. Obama meminta strip merah dikembangkan agar lebih luwes dan dinamis, tidak kaku dan monoton.
Pada mulanya strip merah dengan repetisi garis lengkung yang simetris, searah (horisontal) memang terasa monoton dan statis. Hasil finalnya, susunan strip merah dibuat perspektifis sehingga tampak lebih dinamis. Lingkaran biru dibuat gradasi untuk memberi kesan kedalaman dan gerak. Satu solusi yang kreatif dan cerdas. Menurut penulis, Logo “Obama ‘08” memang efektif. “It works, man!”
Hasil akhir desain Kampanye Obama 2008
Kenapa logo?
Seberapa pentingkah makna logo bagi seorang politisi atau partai politik? Apakah rakyat memerlukan logo? Kita semua sudah tahu jawabannya. Sejak Pemilu pertama di Indonesia akhir 1955 kita sudah mencoblos tanda gambar atau logo. Bagaimana kita bisa mengenali partai kalau tidak ada logonya? Dalam Pemilu bahkan kita diwajibkan mencoblos atau memberi tanda pada logo partai yang kita pilih.
Pada pemilihan lurah di desa-desa, para calon cukup menggunakan tanda gambar realis, seperti Nanas, Jagung, Padi, Payung, Lampu, Almari, dan gambar-gambar benda lainnya yang sudah akrab dan disukai masyarakat desa. Gambar realis memang simpel dan komunikatif, terutama bagi masyarakat desa yang masih awam dengan bahasa grafis (visual). Namun tanda gambar realistik mempunyai kelemahan, kurang mampu menyampaikan pesan-pesan simbolik yang lebih luas.
Bicara tanda gambar untuk masyarakat global, logo adalah pilihan paling relevan. Persoalannya adalah, bagaimana menciptakan logo yang efektif, logo yang mampu mengekspresikan spirit partai atau kandidat? Secara umum, logo yang efektif memiliki kriteria: (1) Mampu mendeskripsikan partai; (2) Mudah dikenali; (3) Mudah diingat; dan (4) Harmonis. Nilai estetik desain logo tidak hanya pada keindahan bentuk dan warna saja, melainkan juga pada keharmonisan antara konsep (ide) dan visualisasi. Konsep dan ide yang baik terkadang tidak diikuti kreativitas, kecerdasan visual dan kemampuan mengeksekusi yang memadai sehingga hasilnya kurang menarik – cenderung rumit.
Rakhmat Supriyono
Yogyakarta
Oleh Rakhmat Supriyono
Membicarakan kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden 2008 tentu sudah basi. Namun ada satu aspek menarik yang kurang diekspos media, yakni peran orang-orang kreatif di balik kesuksesan Obama. Salah satunya adalah Sol Sender, desainer grafis perusahaan iklan terkemuka di Chicago yang dipercaya merancang logo Kampanye Obama 2008.
Akhir 2006 biro iklan MODE (motion design) mendapat pesanan desain logo dari tim sukses Barack Obama. Sol Sender, desainer muda yang dipercaya mendesain logo “Obama ’08” mengaku surprise. Saat diwawancarai Steven Heller dari The New York Times baru-baru ini, ia mengaku belum pernah merancang logo politik sebelumnya. Sol merasa tertantang. Ia memeras daya kreatifnya untuk melahirkan sedikitnya sembilan alternatif desain dalam waktu kurang dari dua minggu.
Keywords Obama
Langkah pertama yang dilakukan Sol setelah menerima order dari Senator Obama adalah mempelajari design brief. Kemudian ia cari dua buku Obama dan referensi lainnya untuk mendapatkan keywords Obama. Menurut Sol, citra paling mengesankan dari Obama adalah: hope, change, dan new perspective. Proses selanjutnya adalah menuangkan ide-ide desain dalam bentuk sketsa-sketsa kasar (thumbnail sketch).
Pertimbangan lain dalam mendesain logo “Obama 2008” adalah fleksibilitas dan konsistensi. Kampanye presiden pasti membutuhkan berbagai jenis media yang nyaris tak terbatas, mulai dari poster, billboard, banner, iklan, website, T-shirt, topi, sampai pin. Sol berfikir bahwa logo yang ia rancang bukan semata-mata untuk identitas kandidat, melainkan untuk kepentingan kampanye. Maka logo harus efektif, mudah dikenali oleh jutaan rakyat Amerika, dan yang lebih penting lagi mampu mengibarkan spirit Obama – “a symbol of hope”. Warna merah dan biru dipilih untuk mengekspresikan image Amerika Serikat.
Presentasi pertama dilakukan tim Mode (termasuk Sol Sender) dengan pihak Obama yang diwakili David Axelrod untuk memilih dua sampai tiga alternatif dari sembilan opsi yang ditawarkan. Berikut adalah beberapa opsi desain yang tidak terpilih.
Opsi #1
Opsi #2
Opsi #3
Opsi #4
Opsi #5
Opsi #6
Tiga logo finalis
David Axelrod, orang kepercayaan Obama, menyodorkan tiga logo pilihannya. Meskipun tidak bertemu langsung dengan Barack Obama, Sol Sender yakin Obama banyak memberi masukan pada tiga desain finalis yang disampaikan lewat Axelrod. Penentuan terakhir bukan oleh Axelrod, melainkan di tangan Obama sendiri.
Dari tiga desain yang diajukan, Obama memilih satu desain dengan konfigurasi inisial “O”. Harus diakui, Obama punya sense of art yang cukup tinggi dan jeli. Berdasarkan teori, logo “O’ yang dipilih Obama memang memiliki keunggulan dibanding dua lainnya. Simpel, mudah diingat, harmonis dan scalable (jika diperkecil masih terlihat jelas). Komposisi merah-biru dengan ritmik garis lengkung mampu merepresentasikan citra Amerika yang elegan dan bersahabat. Berikut ini adalah tiga desain finalis dan satu desain yang sipilih Obama.
finalis #1
Inisial “O” pada finalis 1 ini dapat diisi berbagai foto (teknik masking), memberi kebebasan untuk mengungkapkan berbagai persoalan dalam situasi yang berbeda. Huruf “O” juga dapat dipakai untuk teks yang memiliki huruf O, seperti HOPE, EDUCATION, dan angka 08.
finalis #2
Finalis #2 memungkinkan untuk menyampaikan berbagai pesan melalui teks. Desain ini memang beda, dan tidak konvensional. Seakan mempresentasikan suara-suara (statement) rakyat yang mendukung Obama. Namun sebagai logo, desain ini kurang memorable dan tidak fleksibel untuk berbagai kepentingan.
finalis #3
Alternatif ke 3 inilah yang dipilih Obama untuk dikembangkan lebih komprehensif. Dibandingkan 2 finalis lainnya, bentuk logo ini memang paling simpel, punya makna, fleksibel, dan memorable. Desain ini disetujui pada presentasi ketiga. Obama meminta strip merah dikembangkan agar lebih luwes dan dinamis, tidak kaku dan monoton.
Pada mulanya strip merah dengan repetisi garis lengkung yang simetris, searah (horisontal) memang terasa monoton dan statis. Hasil finalnya, susunan strip merah dibuat perspektifis sehingga tampak lebih dinamis. Lingkaran biru dibuat gradasi untuk memberi kesan kedalaman dan gerak. Satu solusi yang kreatif dan cerdas. Menurut penulis, Logo “Obama ‘08” memang efektif. “It works, man!”
Hasil akhir desain Kampanye Obama 2008
Kenapa logo?
Seberapa pentingkah makna logo bagi seorang politisi atau partai politik? Apakah rakyat memerlukan logo? Kita semua sudah tahu jawabannya. Sejak Pemilu pertama di Indonesia akhir 1955 kita sudah mencoblos tanda gambar atau logo. Bagaimana kita bisa mengenali partai kalau tidak ada logonya? Dalam Pemilu bahkan kita diwajibkan mencoblos atau memberi tanda pada logo partai yang kita pilih.
Pada pemilihan lurah di desa-desa, para calon cukup menggunakan tanda gambar realis, seperti Nanas, Jagung, Padi, Payung, Lampu, Almari, dan gambar-gambar benda lainnya yang sudah akrab dan disukai masyarakat desa. Gambar realis memang simpel dan komunikatif, terutama bagi masyarakat desa yang masih awam dengan bahasa grafis (visual). Namun tanda gambar realistik mempunyai kelemahan, kurang mampu menyampaikan pesan-pesan simbolik yang lebih luas.
Bicara tanda gambar untuk masyarakat global, logo adalah pilihan paling relevan. Persoalannya adalah, bagaimana menciptakan logo yang efektif, logo yang mampu mengekspresikan spirit partai atau kandidat? Secara umum, logo yang efektif memiliki kriteria: (1) Mampu mendeskripsikan partai; (2) Mudah dikenali; (3) Mudah diingat; dan (4) Harmonis. Nilai estetik desain logo tidak hanya pada keindahan bentuk dan warna saja, melainkan juga pada keharmonisan antara konsep (ide) dan visualisasi. Konsep dan ide yang baik terkadang tidak diikuti kreativitas, kecerdasan visual dan kemampuan mengeksekusi yang memadai sehingga hasilnya kurang menarik – cenderung rumit.
Rakhmat Supriyono
Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar